a) Lokasi
Bangunan Masjid Kuno Bayan Belek Terletak Di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Dinamakan Demikian Sesuia Dengan Lokasi Keberadaannya, Yaitu Dusun Bayan Belek ( Bahasa Sasak : Besar ).
b) Bentuk Bangunan Dan Ragam Hias
1. Masjid
Masjid Bayan Beleq Terletak Diatas Sebidang Tanah Dengan Topografi Yang Tidak Rata. Bangunan Intinya, Terletak Pada Bagian Permukaan Tanah Yang Paling Tinggi. Didekat Masjid Terdapat Beberapa Buah Makam Para Tokoh Penyebar Ajaran Agama Islam Di Bayan.
Bentuk Bangunan, Dan Luasnya Menjadi Ciri Khas Dari Masjid Bayan Beleq Adalah :
1. Bentuk Denah Bangunan Masjid Bujur Sangkar, Panjang Sisinya 8,90 M. Tiang Utamanya (Saka Guru) Ada 4 Buah Terbuat Dari Kayu Nangka, Berbentuk Bulat (Silinder) Dengan Garis Tengah 23 Cm, Tinggi 4,60 M. Keempat Tiang Berasal Dari Empat Desa (Dusun) Yaitu :
a) Tiang Sebelah Tenggara, Dari Desa Sagang Sembilok.
b) Tiang Sebelah Timur Laut, Dari Desa Tereng.
c) Tiang Sebelah Barat Laut, Dari Desa Senaru,
d) Tiang Sebelah Barat Daya, Dari Desa Semokon.
Menurut Keterangan Para Pemangku Adat, Tiang Utama Ini Diperuntukkan Bagi Para Pemangku Masjid Yaitu :
a) Tiang Sebelah Tenggara Untuk Khatib
b) Tiang Sebelah Timur Laut Untuk Lebai ( Kyai )
c) Tiang Sebelah Barat Laut Untuk Mangku Bayan Timur
d) Tiang Sebelah Barat Daya Untuk Penghulu.
2. Tiang Keliling Berjumlah 28 Buah, Termasuk Dua Buah Tiang Mihrab. Tinggi Tiang Keliling Rata-Rata 1,25 M, Dan Tiang Mihrab 80 Cm. Tiang-Tiang Ini Selain Berfungsi Sebagai Penahan Atap Pertama, Juga Berfungsi Sebagai Tempat Menempelkan Dinding Terbuat Dari Bambu Yang Dibelah Dengan Cara Ditumbuk, Disebut “Pagar Rancak”. Khusus Dinding Bagian Mihrab Terbuat Dari Papan Kayu Suren, Berjumlah 18 Bilah. Perbedaan Bahan Dinding Ini Bermakna Simbolis, Bahwa Tempat Kedudukan “Imam” (Pemimpin) Tidak Sama Dengan “Makmum” (Pengikut Atau Rakyat). Perbedaan Tempat Menunjukkan Perbedaan Kedudukannya.
3. Atap Berbentuk Tumpang, Terbuat Dari Bambu (Disebut “Santek”). Pada Bagian Puncaknya Terdapat Hiasan “Mahkota”.
4. Memperhatikan Ukuran Denah, Tinggi Tiang Utama Dan Tiang-Tiang Keliling, Kita Dapat Membayangkan Bentuk Bangunan Itu. Ukuran Tinggi Dinding Bangunan Yang Hanya 125 Cm, Jauh Dibawah Ukuran Tinggi Rata-Rata Manusia Normal. Dengan Demikian, Setiap Orang Yang Hendak Masuk Ke Dalam Bangunan Ini (Masjid) Tidak Mungkin Berjalan Dengan Langkah Tegap, Tetap Harus Menunduk. Hal Ini Pun Mengandung Makna Penghormatan.
5. Pada Bagian “Blandar” Atas Terdapat Sebuah “Jait” Yaitu Tempat Untuk Manaruh Hiasan-Hiasan Terbuat Dari Kayu Berbentuk Ikan Dan Burung. Ikan Ialah Binatang Air, Melambangkan Dunia Bawah Maksudnya Kehidupan Duniawi. Sedangkan Burung Sebagai Binatang Yang Terbang Di Udara, Melambangkan Dunia “Atas” Maksudnya Kehidupan Di Alam Sesudah Mati (Akhirat). Makna Perlambang Yang Ada Di Balik Itu Ialah, Manusia Hendaknya Selalu Menjaga Keseimbangan Antara Tujuan Hidup Di Dunia Akhirat.
6. Pada Bagian Atas Mimbar, Terdapat Hiasan Berbentuk Naga. Pada Bagian “Badan Naga” Terdapat Hiasan (Gambar) Tiga Buah Binatang, Masing-Masing Bersegi 12, 8, Dan 7. Hiasan Ini Melambangkan Jumlah Bilangan Bulan (12), Windu (8), Dan Banyaknya Hari (7). Disamping Itu Juga Terdapat Hiasan Berbentuk Pohon, Ayam, Telur, Dan Rusa. Di Dalam Seni Rupa Islam Pada Umumnya, “Hamper” Tidak Pernah Ditemukan Motif Atau Ragam Hias Makhluk Hidup Yang Digambarkan Secara Jelas. Adanya Ragam Hias Dengan Motif Makhluk Hidup Pada Mimbar Masjid Di Bayan Beleq Menunjukkan Betapa Kuatnya Pengaruh Tradisi Pra Islam Masih Mewarnainya.
Kijang ( Rusa ) Melambangkan Kelahiran Anak-Anak, Unggas Merepresentasikan BurungBertelur, Sedangkan Kelapa, Padi Dan Kapas Melambnagkan Bermacam-Macam Tumbuhan Yang Berkembang Biak Dari Benih Dan Buah. Penghulu Punya Penafsiran Yang Lain Lagi. Ia Menyatakan Bahwa Patung Kayu Paksi Bayan Melambnagkan Persatuan Indonesia Dari Sabang Sampai Merauke. Pahatan Mamalia, Unggas, Kelala, Padi Dan Kapas Pada Permukaan Paksi Bayan Melambangkan Melimpahnya Kejayaan Alam Indonesia. Dari Sabang Sampai Marauke, Berbagai Macam Binatang Dan Hasil Bumi Bis Hidup Bersama-Sama Dan Tumbuh Dengan Baik.
2. Makam
Disamping Bangunan Masjid, Di Kompleks Ini Juga Dijumpai Enam Buah Makam Yang Diberi Cungkup Sederhana. Makam-Makam Dikeramatkan Oleh Penduduk Setempat Karena Ketokohan Dari Orang Yang Dimakamkannya. Keenam Buah Makam Itu Ialah :
1. Makam Plawangan, Terletak Disebelah Selatan Masjid, Berukuran 3,60 M X 2, 70 M Yang Dimakamkan Di Sini Ialah Orang Bayan Asli Yang Pertama Sekali Masuk Agama Islam.
2. Makam Karangsalah, Terletak Disebelah Timur Laut Masjid, Berukuran 3,80 M X 2, 60 M.
3. Makam Anyar, Terletak Di Sebelah Barat Laut Masjid, Berukuran 7,60 M X 6 Meter.
4. Makam Reak, Terletak Disebelah Selatan Masjid, Berukuran 8,40 M X 6, 20 Meter, Yang Dimakamkan Di Sini Ialah Orang Yang Pertama Kali Menyebarkan Agama Islam Di Bayan.
5. Makam Titi Mas Penghulu, Terletak Disebelah Utara Masjid, Berukuran 3,9 Meter X 2,65 Meter Merupakan Makam Tokoh Penyebar Agama Islam Yang Berikutnya.
6. Makam Sesait, Terletak Di Sebelah Utara Masjid Berukuran 10,20 M X 3,80 Meter.
Masing-Masing Kompleks Makam Leluhur Menunjuk Pada Garis Partrilineal Tertentu. Makam Reak Adalah Garis Tertua Bayan, Sehingga Makam Reak Diyakini Sebagai Makam Sesungguhnya Susuhanan I ( Raja Pertama ) Bayan Dan Keluarganya. Makam-Makam Lainnya, Disebut Berdasarkan Asal Tokoh Yang Dikebumikan ( Dan Nama-Nama Diri Mereka Dalam Tanda Kurung ), Adalah Anak Turun Susuhanan Bayan I. Mereka Juga Merupakan Cikal-Bakal Orang-Orang Dari Sukadana, Karangsalah, Anyar, Karangbajo, Sesaid Dan Loloan Yang Mengunjungi Kompleks Tersebut Pada Saat Diselenggarakan Upacara-Upacara Penting. Mereka Juga Meyakini Bahwa Para Leluhur Yang Dimakamkan Di Makam Reak Merupakan Asal-Usul Dari Mereka Yang Dikebunkan Di Makam-Makam Lain.
Lebai Antasalam Adalah Salah Satu Penyebar Agama Islam Yang Pertama. Jasadnya Tidak Dikebumikan Di Kompleks Itu. Ia Diyakini Mekrat , Lenyap Secara Misterius Ketika Sedang Shalat Di Masjid Kuno. Tempat Ia Lenyap Ditandai Dengan Batu. Lebai Yang Sekarang Adalah Keturunannya.
Orang-Orang Dari Bayan Beleq, Sukadana, Akar-Akar Dan Selengen, Sekalipun Terpisah Oleh Batas-Batas Administrative Dan Fisik, Secara Cultural Mereka Saling Bertalian Karena Nenek Moyang Mereka Di Yakini Di Makamkan Di Makam Reak. Keterkaitan Mereka Juga Tercermin Tidak Hanya Melalui Acara Ritual Saja Tetapi Juga Partisipasi Mereka Dalam Aktivitas-Aktivitas Seperti Renovasi Masjid Kuno, Makam Pusat Dan Perayaan Hari Besar Islam. Partisipasi Cultural Mereka Mengatasi Pemisahan Fisik Dan Politis.
Beberapa Makam Umum Terletak Di Luar Makam Pusat. Makam Bayan Timur Dan Makam Bayan Barat Berada Di Luar Makam Keramat. Yang Pertama Terletak Di Dekat Kampu Bayan Timur Sedangkan Yang Kedua Terdapat Di Kampu Bayan Barat. Susuhanan Bayan Vii Dan Titi Mas Pembaun Bija Diyakini Dikebumikan Di Makam-Makam Itu. Keturunan Berikutnya Dari Susuhanan Bayan I : Titi Mas Mutering Alam Dan Titi Mas Mutering Jagat Juga Dimakamkan Di Luar Komlpeks Makam Keramat. Almarhum Yang Pertama Dahulu Menguasai Pelabuhan, Daerah Sekitar Pelabuhan Maupun Wilayah Laut. Ia Dimakamkan Di Puncak Bukit, Loang Godek-Sebuah Dasan Di Loloan-Mengahadap Ke Laut. Makamnya Yang Dikeramatkan Dikenal Sebagai Gedeng Lauq. Sedangkan Almarhum Yang Kedua Menguasai Dataran, Dan Dimakamkan Di Lendang Bangket Samar-Satu Kawasan Hutan Di Bayan Timur. Makamnya Yang Dikeramatkan Disebut Gedeng Daya. Perumbak Lauq Dan Perumbak Daya Adalah Mereka Yang Berkedudukan Penting Sebagai Penjaga Makam Yang Bertanggung Jawab Atas Kebersihan Halaman Dan Perawatan Kedua Gedeng Itu, Serta Menjaga Kawasan Di Sekitar Tempat Keramat Tersebut.
c) Tinajuan Historis Arkeologis
Masjid Kuno Bayan Beleq Merupakan Bukti Islam Masuk Di Pulau Lombok Sekitar Abatd Ke 19. Dilihat Dari Bunyi Dua Kalimat Sahadatnya Kitap Fikih, Suluk, Sarwadadi, Dan Lontar Yang Menjadi Pedoman Pemeluk Agam Islam Pada Masa Awal Di Lombok, Jelas Bahwa Agama Islam Di Pulau Lombok Dari Pulau Jawa.Setelah Raja Lombok(Yang Berkedudukan Di Teluk Lombok) Menerima Islam Sebagai Agama Kerajaan, Dari Lombok Agama Islam Di Kembangkan Ke Seluruh Wilayah Kerajaan Tetangga, Seperti Langko, Pejanggik, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong, Dan Sasak.
Sunan Pengging Pengikut Sunan Kali Jaga Datang Di Lombok Pada Tahun 1640 Untuk Menyiarkan Agama Islam. Ia Kawin Dengan Putri Dari Kerajaan Parwa Sehingga Menimbulkan Kekecewaan Raja Goa. Selanjutnya Raja Goa Menduduki Lombok Pada Tahun 1640. Sunan Pangging Yang Terkenal Juga Dengan Nama Pangeran Mangkubumi Lari Ke Bayan. Di Bayan Inilah Ia Mengembangkan Ajaranya Yang Kelak Menjadi Pusat Kekuatan Suatu Aliran Yang Disebut Waktu Telu. Bagi Masyarakat Lombok Pada Umumnya, Bayan Dikenal Dengan Sebuah Desa Tua Dalam Arti Kebudayaannya. Nama Bayan Identik Dengan Sosok Desa Tradisional, Adat Istiadat, Norma-Norma Budaya Lama Yang Masih Mewarnai Pola Kehidupan Masyaraktnya.
Masjid Kuno Bayan Beleq Adalah Peninggalan Terpenting Dan Terbesar Yang Dapat Dijadikan Sebagai Bukti Dan Bahan Kajian Tentang Perkembangan Peradaban Islam Di Pulau Lombok Pada Umumnya, Di Bayan Pada Khususnya. Bila Diperhatikan Bentuk, Ukuran Dan Gaya Arsitekturnya, Terdapat Persamaan Yang Mendasar Dengan Bangunan Masjd Kuno Lainnya. Bentuk Dasar Bangunan Busur Sangkar, Konstruksi Atap Tumpang Dengan Hiasan Puncak Berupa Mahkota Yang Merupakan Ciri Khas Dari Bangunan Masjid Pada Periode Perkembangan Islam Di Indonesia.
Letak Bangunan Berada Pada Tempat Yang Tinggi Tata Letaknya Berdampingan Dengan Makam Tokoh-Tokoh Penyebar Agama Islam Di Bayan. Kesemuanya Itu Menunjukkan Adanya Kesamaan Konsepsi Pemikiran Masyarakat Pendukung Kebudayaan Itu (Islam Di Bayan ) Dengan Masyarakat Pra Islam. Sikap Konsisten Masyarakat Bayan Yang Selalu Berusaha Untuk Tidak Mengubah Bentuk Maupun Bahan Bangunan Yang Digunakan (Dengan Alasan Kepercayaan ) Menunjukkan Bahwa Intensites Pengaruh Kebudayaan Lama Pada Masyarakat Bayan Sangat Kuat.
Sebagaimana Dituturkan Oleh Pemangku Adat Bayan, Bahwa Bahan Atap Bangunan Masjid Harus Diambil Dari Tempat Khusus, Di Desa Senaru. Bila Atapnya Rusak Atau Hancur, Perbaikanya Harus Pada Tahun Alip Yang Datangnya Sewindu (8 Tahun ) Sekali. Pembebanan Biayanya Pun Secara Tradisional Telah Terbagi Kepada Masyarakat Desa Di Sekitarnya Yaitu:
1. Atap Sebelah Utara, Desa Anyar
2. Atap Sebelah Timur, Desa Loloan
3. Atap Sebelah Selatan, Desa Bayan
4. Atap Sebelah Barat, Desa Sukadana
Pelaksanaan Perbaikan Secara Gotong Royong, Dipimpin Oleh Pemangku Adatnya.
d) Status
Bangunan Masjid Kuno Bayan Belek Merupakan Bnagunan Yang Bernilai Sejarah Dan Kepurbakalaan, Berasal Dari Masa Awal Berkembang Agama Islam Di Lombok. Ajaran Islam Yang Berlaku Bagi Kelompok Masyarakat Pengguna Bangunan Masjid Kuno Ini Di Kenal Dengan Nama “ Wetu Telu “. Keberadaan Klelompok Masyarakat Itu Secara Formal Terhapus Sejak Tahun 1960, Pada Masa Penumpasan Sisa-Sisa G 30 S/Pki. Kondisi Yang Terjadi Pada Waktu Itu, Masyarakat Beramai-Ramai Meninggalkan Berbagai Bentuk Kepercayaan Yang Dinilai Tidak Sesuai Demikian, Praktis Bangunan Masjid Kuno Bayan Belek Ditinggalkan Oleh Masyarakat Pendukungnya. Jasilah Bangunan Tersebut Sebuah “ Monument Mati “.
0 komentar:
Posting Komentar