to my bLog

Me and my blog with little Diary ^_^

jangan lupa maen SUPER MARIO yah sampe level akhir :D












































































































Minggu, 25 Maret 2012

Taman Suranadi

| |

a)    Lokasi
Pura suranadi terletak di dusun ( kampong ) suranadi, desa selaparang kecamatan narmada, kabupaten Lombok barat. Berjarak 15 kilometer dari pusat kota mataram, ibu kota propinsi nusa tenggara barat. Terletak pada ketinggian 256 meter di atas permukaan laut.

b)    Ukuran dan Luas
Di Suranadi terdapat tiga buah bangunan pura, masing-masing di beri nama sesuai dengan fungsi sumber air yang ada di dalamnya. Lokasi pura, terkait dengan tempat keberadaan sumber air.Walaupun dari segi rangkaian kegiatan ritual merupakan satu kesatuan, namun secara fisik terkesan terpisah (terpencar).

Sesuai dengan orientasi keberadaanya ketiga bangunan tersebut dapat dijelaskan sbb :

1)    Pura Ulon/Pura Gaduh
Bila lokasi ketiga pura itu ditarik garis lurus, maka pura Uloh/pura Gaduh terletak di ujung timur.Berdasarkan topografinya pura ini yang paling tinggi, berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung pada sisi bagian belakangnya, dan ruas jalan menuju lapangan golf Golong pada bagian depannya.

2)   Pura Pengentas
Terletak beberapa puluh meter dari pura Uloh/Gaduh arah barat daya.Secara fisik, pura ini merupakan yang terkecil dan paling sederhana di antara ketiga pura yang ada di Suranadi.Sisi selatan dan timur berbatasan dengan pagar hotel Suranadi.Di dalamnya terdapat dua sumber air, yaitu “pengentas” dan “toya tabah”.Pagar keliling pura ini relative baru.

3)   Pura Pebersihan
Terletak kurang lebih 300 meter dari pura Ulon/pura Gaduh, arah barat daya.Kini banguna pura ini telah berpagar tembok.Pada sekitar tahun 1976, pagarnya masih berupa pagar darurat, dengan bamboo.Di dalam pagar juga telah dibangun sarana penunjang sebagaimana yang terdapat pada Pura Ulon.Di depan pintu halaman pura terdapat jalan tembus ke utara menuju jalan raya Suranadi.

Ketiga bangunan pura tersebut merupakan satu kompleks bangunan terbuka, di kelilingi pagar tembok, denah berbentuk empat persegi panjang.

c)    Fungsi
Pada ketiga pura yang ada di Suranadi ini terdapat lima sumber air yang di sebut ”petirtan” airnya di anggap ”sakral”, dan dipercaya sebagai syarat kelengkapan dalam menjalankan upacara keagamaan.Baik untuk keperluan upacara yang dilakukan sehari-hari, maupun untuk upacara-upacara lain yang bersifat khusus.

Air dari kelima mata air ini terletak di Pura Suranadi ini dinamakan ”panca tirta” (lima macam mata ait), yaitu :
a)Toya Tabah
b)Pebersihan
c)Pelukatan
d)Tirta
e)Pengentas

tentang kelima sumber air itu, Ida Made Rai ( 60 tahun ), pemangku puro ulon menyampaiakn penjelasan sebagai berikut :
“ air seperti yang ada di pura ini adanya hanya di Lombok. Di tempat lain, di bali misalnya, untuk mencari toya tabah diperlukan persyaratan khusus. Di sini kita dapat memperolehnya dengan cara yang lebih sederhana. Banyaknya orang hindhu dari berbagai tempat di luar pulau Lombok yang datang kemari untuk mengambil air di sini merupakann pembenaran pandangan ini.

Ketenttuan yang harus dipatuhi dalam mengambil air disini ialah bahwa orang yang keadaanya “ masih kotor “ ialah keluarga dari orang yang meninggal ( belum diupacarakan ). Mereka hanya boleh sampai dihalaman luar pura. Untuk mengambil air sebagai syarat kelengkapan upacara, dapat minta bantuan orang lain yang tidak ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal.

Di dalam system kepercayaan agama hindu, dikenal dua jenis upacara, yaitu : upacara hidup ( manusia yadnya ) dan upacara mati ( pitra yadnya )

Pada “ manusia yadnya “, cukup menggunakan tiga jenis ( tirta ) saja, yaitu : pebersihan, pelukatan dan tirta. Sedangkan untuk “ pitra yadnya “, kelima jenis air ( panca tirta ) harus digunakan semuanya. Setelah seseorang meninggal dunia, kemudian diupacarakan dengan jalan jasadnya dibakar. Upacara ini disebut “ ngaben “. Setelah seluruh jasadnya terbakar ( menjadi abu ), secara bertahan disiram dengan kelima jenis air itu. Penyiraman pertama dengan “ toya tabah “, kemudian berturut-turut dengan air “ pebersihan, pelikatan, tirta dan pengentas.

Sesuai dengan latar sejarahnya, pura suranadi memiliki arti penting bagi pemeluk agama Hindu Budha secara keseluruhan, tidak hanya bagi mereka yang bertempat tinggal di pulau Lombok saja. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan upacara pujawali atau upacara ulang tahun memperingati berdirinya pura ini, yang jatuh pada tanggal lima belas bulan kelima ( purnama sasih kelima ) menurut perhitungan kalender bali. Menurut tarikh masehi, biasanya jatuh pada bulan November, bertepatan dengan bulan purnama. Pada upacara ini, yang datang tidak hanya pemeluk hindhu budha yang ada di Lombok saja, tetapi juga dari bali.

Pelaksanaan kegiatan ritual keagmaan di pura suranadi, secara gari besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut :

1)  Di Pura Pebersihan
Pelaku upacara membersihkan diri dengan cara mandi dengan air di sumber air “pebersihan” kemudian bersembahyang di pura yang letaknya di dekat sumber air tersebut.Setelah itu upacara dilanjutkan di Pura Ulon/Gaduh.

2) Di Pura Ulon/Pura Gaduh
Didepan pintu gerbang pura terdapat “air pelukatan” yang digunakan untuk melukat (dipercikkan) kepada siapa saja yang datang atau hendak masuk pura.Bentuk upacara di dalam pura ini ialah bersembahyang.Banyak juga orang datang kemari untuk minta air  ( tirta ) saja.Pura Ulon adalah pura utama di Suranadi.

Pura pengentas hanya sebagai tempat untuk mengambil air untuk upacara “ pitra yadnya “ saja, yaitu “ toya tabah “ dan pengentas. Maka dapat dimengerti bila tidak dibangun sarana penunjang seperti yang ada pada pura yang lain.

Adapun penjelasan lebih rinci dari fungsi Pura Ulon/Pura Gaduh adalah :

a)    Pada sudut barat laut terdapat bangunan terbuka yang disebut “bale” digunakan sebagai tempat beristirahat atau tidur bagi pengunjung yang menginap.
b)   Di sebelah selatan pintu masuk terdapat bangunan yang disebut “Bale Pewedaan” tempat pendeta membaca Weda ketika upacara sedang berlangsung.
c)    Pada bagian tengah halaman terdapat dua buah bangunan terbuka yang menyerupai “berugaq” yang kedua bangunan ini disebut “Bale Banten” yaitu tempat menyiapkan banten atau kelengkapan upacara.
d)   Di sebelah timur Bale Banten terdapat sumber air pelukatan.Disisinya terdapat tempat menaruh sesaji yang di sebut “persimpangan tirta”.
e)   Pada sisi sebelah timur,lantai halaman di buat tinggi, tempat bangunan utama di apit hiasan naga.Di depan naga dibuatkan tempat menaruh sesaji, disebut “plawangan”.
f)    Disebelah kanan halaman pura, agak ke depan, terdapat sumber air tirta dengan persimpangan tirta-nya.
g)   Di sebelah timur sumber air tirta terdapat pohon beringin yang sangat besar dan dibawahnya terdapat bangunan kecil yang disebut “kemaliq” tempat pemujaan bagi orang-orang sasak penganut ajaran Waktu Telu.
h)   Di sudut timur laut terdapat sebuah pura yang disebut Pura Majapahit.Pendirian pura ini dimaksudkan untuk mengenang para leluhur, bahwa asal usul orang Hindu yang ada di sini berasal dari Majapahit.

Adapun fungsi dari Pura Pebersihan:
a)    Pintu gerbang berbentuk “Candi Bentar”.Di depan pintu tidak ada Bale gong.
b)   Di sudut barat laut dan barat daya terdapat “bale” yang digunakan sebagai tempat menginap dan beristirahat.
c)    Di tengah halaman juga terdapat “bale banten” yang ukurannya lebih kecil dibandingkan di Pura Ulon.
d)   Di sudut timur laut terdapat bangunan utama pura tempat bersembahyang.
e)   Di sebelah timur “bale banten” terdapat sumber air “pebersihan”.Tempat membersihkan diri (secara fisik) dengan jalan mandi sebelum bersembahnyang di pura.
f)    Di sebelah selatan pura terdapat sebuah bangunan pemujaan yang disebut kemaliq sama seperti yang ada di Pura Ulon namun ukurannya jauh lebih besar.
g)   Air yang keluar dari sumber air “pebersihan” di salurkan keselatan.Diluar pagar halaman pura dibuat kolam untuk pemandian bagi masyarakat setempat, kebanyakan anak-anak.

d)   Latar Belakang Sejarah

Telah dijelaskan pada bagian ini, bahwa keberadaan Pura Suranadi, terkait dengan adanya sumber-sumber air “tirta” yang sangat penting artinya di dalam pelaksanaan ritual keagamaan ( Hindu ).
Sehubungan dengan hal itu maka latar belakang sejarah Pura Suranadi merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah datangnya orang-orang Bali di Lombok dengan maksud untuk menetap.

Tentang masuknya orang-orang Bali di Lombok ini, Tim Penyusun Masterplan Pemugaran Taman Narmada,Lombok,1983,mengemukakan adanya kemungkinan bahwa orang-orang Bali berada di Lombok sejak abad ke 11.Dugaan ini diperkuat dengan di temukannya prasasti di Pujungan, Tabanan (Bali).Disebutkan juga bahwa kerajaan Gelgel di Bali pada masa pemerintahan tahan Batu Rengggong tidak hanya memerintah di Bali tetapi berhasil memperluas kekuasaannya sampai di Sasak (Lombok),Sumbawa,serta seluruh Blambungan sampai Puger atau Lumajang (Jawa Timur).

Setelah Gelgel mulai lemah terjadi pergolakan dan kedudukan Gelgel digantikan oleh Klungkung.Selanjutnya kedudukan Klungkung digantikan oleh Karangasem dan pada saat inilah secara berangsur-angsur Lombok ditempatkan dibawah kekuasaan kerajaan Karangasem di Bali.Sejak saat itulah dimulai gelombang perpindahan orang-orang Bali ke Lombok.

Pada awal kedatangannya orang-orang Bali di Lombok ikut serta seorang “Pendeta” atau “Pedende/sulinggih” yakni orang-orang yang sudah menduduki derajat kesucian menurut agama hindu.Pura Suranadi dibangun pada waktu itu oleh Pendeta Sakti Bau Rawuh, ada juga yang menyebutnya Danghyang Niratha.Beliau di Lombok hanya sebentar untuk menjaga agar jangan sampai umat hindu yang ditinggalkan itu tidak dapat melakukan tertib upacara menurut ajaran agama yang telah ditentukan, beliau “membuat” lima macam “air suci” (panca tirta).Setelah berkeliling mencari di tempat yang kini bernama Suranadi itu terdapat lima mata air dan langsung diberikan “puja mantera” sehingga air yang keluar dari mata air itu dipandang sebagai air suci, bersifat sacral.

Menurut versi lain, Suranadi “dibuat” atas inisiatif raja Pagesangan bernama Anak Agung Nyoman Karang pada tahun 1624 Saka atau 1720 M.Beliau memanggil seorang pendeta dari Bali bernama Pedande Sakti Abah, cucu Pendeta Dwi Jendra, untuk melaksanakan “panca yadnya” yaitu lima macam pengorbanan menurut ajaran agama Hindu.Untuk itu Pedande Sakti Abah memilih tempat yang kemudian disebut Suranadi.

Secara etimologis, Suranadi berasal dari kata “sura” (dewa) dan “nadi” (sungai).Dalam kamus bahasa jawa kuno disebutkan bahwa Suranadi juga berarti “Kahyangan”, tempat para dewa bersemayam.Sampai dengan sekitar tahun 1930, keadaan di sekitar Pura Suranadi masih merupakan hutan belantara.Atas prakarsa dua orang punggawa saat itu.Adapun biaya dikeluarkan oleh “Pura Fonds”.Tempat pemujaan di sebelah utara (Ulon) dan pemujaan di sebelah selatan adalah hasil prakarsa dari kedua punggawa tersebut.

Pada waktu yang bersamaan dengan saat usaha itu berjalan seorang employer pada Nederlands Indische Bank bernama L.Frantzman mendirikan sebuah rumah semi permanen di dataran atas sebelah selatan Pura Ulon/Gaduh.Kemudian bangunan itu diambil alih oleh pemerintah dari pemiliknya untuk dijadikan pesanggrahan yang statusnya menjadi milik daerah itu.

Bangunan pesanggrahan inilah yang dalam perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1932 s.d datangnya tentara jepang (1942), digunakan sebagai tempat peristirahatan dan tempat menginap tamu-tamu Belanda.Kini Bangunan itu telah berkembang menjadi sebuah hotel yaitu Hotel dan Restoran “Suranadi”.

e)   Status

Ditinjau dari usianya, maupun latar belakang sejarah keberadaanya, ketiga pura yang ada di suranadi ini termasuk benda cagar budaya sebagaimana dimaksud undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya.
 Karena sejak awal dibangunnya sampai dengan saat sekarang ini secara berkesinambungan digunakan sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan, pura suranadi digolongkan sebagai “ living monument “

Artinya monument yang masih difungsikan sebagaimana fungsinya semula. Status pemilikan maupun pengelolaannya tetap ada pada masyarakat pemakainya. Namun hal-hal yang terkait dengan pemeliharaan, perawatan, mapun pemanfaatannya diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 5 tahun 1992.

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

Visitors

search

Labels

Pages

About Me

Foto Saya
ulvav
just a simple girl
Lihat profil lengkapku

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
 
 

vha ulva diary | Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
top