1. lokasi
terletak di wilayah kelurahan cakranegara timur, kecamatan cakranegara, kotamadya mataram, berjarak beberapa ratus meter dari pusat kota cakranegara. di sebelah barat kompleks taman ini dahulu merupakan kompleks puri kerajaan cakranegara, bernama puri ukir kawi. kini kompleks puri itu telah menjadi tempat pemukiman ,pertokoan, dan perkantoran. hanya berjarak 2 km dari mataram, kea rah timur.
2. ukuran dan luas
empat persegi panjang dengan panjang 244,60 meter dan lebar 138,50 meter atau di gabungkan menjadi 33.877 meter persegi. di tengahnya terdapat sebuah kolam dengan ukuran 191,60 meter kali 81 meter. di tengah telaga terdapat sebuah bangunan terbuka bernama bale kambang berukuran 15,30 meter kali 8,10 meter. di sekitar kolam terdapat empat buah bangunan terbuka dalam berbagai ukuran dengan jumlahluas keseluruhan 128,52 meter persegi. pada halaman sebelah utara terdapat sebuah gedung yang pernah di gunakan sebagai kantor asisten residen,seluas 133,65 meter persegi. dengan demikian luas seluruh bangunan yang terdapat di taman mayura, tidak termasuk banguna pura kelepug dan padmasana berjumlah 186,10 meter persegi.
3. fungsi
taman mayura adalah taman yang dibangun oleh raja sebagai kelengkapan bangunan puri atau istana raja. dengan demikian taman ini berfungsi sebagai taman raja. sebagai taman raja,di kompleks taman ini juga terdapat rumah tempat tinggal atau tempat peristirahatan raja. bangunan (gedung) yang terletak di halaman bagian utara,pada masa pemerintahan belanda pernah di gunakan sebagai kantor assisten residen,kemudian menjadi kantor distrik cakranegara dan terakhir kali gedung ini di gunakan sebagai kantor krama pure.
bale kambang pernah di gunakan juga oleh belanda sebagai tempat penyimpanan senjata dan mesiu. dan bale kambang juga pernah di gunakan sebagai ruang sidang pengadilan (raad van karta). pada saat ini taman mayura di gunakan sebagi tempat pariwisata yang menarik banyak wisatawan local dan mancan negara. selain itu juga di gunakan sebagai tempat melakukan upacara keagamaan seperti upacara dolanan yang dilakukan setiap bulan purnama oleh agama hindu.
4. status
fungsinya sebagai taman raja praktis berakhir bersamaan dengan berakhirnya kerajaan mataram setelah kalah perang melawan belanda pada tahun 1894. antara tahun 1894 s.d 1922 status taman ini tidak jelas karena eksistensi kerajaan mataram sebagai pemiliknya sudah tidak ada. karena raja kalah perang melawan belanda dan kemudian belanda yang memegang kendali pemerintahan, logisnya taman ini “ menjadi milik “ pemerintahan belanda pada waktu itu.
pada tahun 1922/1923 punggawa cakranegara membangun pura kelepug di sebelah timur telaga dengan 33 buah pancuran berbentuk kepala naga. oleh masyarakat pemeluk agama hindhu pura ini tetap digunakan sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan hingga kini. bahkan di sebelah utara pura kelepug, disudut timur laut kompleks taman, telah dibangun sebuah pura yang lebih besar bernama padmasana, yang pembangunannya selesai pada tahun 1980.
dari rangkaian peristiwa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sampai dengan runtuhnya kerajaan mataram, taman mayura bersifat profane murni. baru pada tahun 1922/1923 di kompleks ini terdapat bangunan yang bersifat sacral ( keagamaan ) dan manfaatnya pun menjadi untuk umum ( pemeluk agama hindhu secara umum )
dengan memperhatikan hal tersebut di atas, sampai dengan kegiatan pemugaraan taman mayura oleh depdikbud yang selesai pada 1980/1981, belum dapat ditentukan status pemiliknya. oleh karena itu untuk pengelolaannya dibentukklah suatu lembaga atau yayasan yang bertindak sebagai badan pengelola taman mayura sebagaimana tertuang di dalam surat keputusan bupati kepala daerah tingkat ii kabupaten lombok barat nomor : 06 tahun 1989 tanggal 20 februari 1989 tentang tim pelaksana harian pengelola taman mayura
di dalam surat itu disebutkan susunan tim pengelola taman mayura sebagai berikut :
Ketua : I Wayan Kalianget Muna
Sekretaris : Drs. D. Saragih
Bendahara : I Made Mundra
Anggota : I Gusti Komang Padang Dan I Wayan Wirya
5. Latar Belakang Sejarah
Sejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan sejarah keberadaan orang-orang Bali di Lombok.Taman ini sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Kerajaan Sasak di Lombok pada awal abad ke-19.Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan –kerajaan kecil ,seperti Mataram, Pagesangan ,Pagutan ,Sengkongo,dan sebagainya.
Di dalam perjalanannya ,dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai dengan tahun 1838 tinggal dua kerajaan saja ,yaitu Singasari Sasak dan Mataram.Kedua kerajaan ini pun berperang pula .Singasari kalah,raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta.Hanya dua orang anaknya yang masik kecil-kecil,laki-laki dan perempuan yang sempat diamankan dan dibawa ke Karangasem (Bali).Mataram walaupun berada pada pihak yang menang , rajanya tewas dalam peperangan itu.Sebagi pewaris tahta Kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem ( putera kerajaan ) dan adiknya bernama Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem.Pada tahun 1893 Singasari berhasil ditumpas habis oleh Mataram.
Pada pertengahan abad ke-19 ,putera mahkota Kerajaan Mataram membangun puri di atas bekas Puri Kerajaan Singasari yang hancur .Pembangunannya selesai pada tahun 1866.Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem,dan kemudian diganti menjadi Cakranegara.
Ketika terjadi peperangan melawan Belanda (Ekspedisi Lombok) pada tahun 1894 yang berakhir dengan kekalahan Mataram,puri kerajaan hancur.Peristiwa terpenting yang terjadi pada waktu itu ialah ditemikannya Keropak (naskah lontar) Desawarnanaatau kemudian dikenal dengan nama Negarakertagama oleh Brandes yang ikut pada ekspedisi itu.Pada waktu itu ,keropak itu kemudian diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran paling lengkap tentang kerajaan Majapahit.
Kekalahan Mataram atas Belanda berarti berakhirnya masa pemerintahan denga sistem kerajaan di Lombok.Peristiwa ini juga menandai awal masa pemerintahan Hindia Belanda di Lombok.
Puri atau istana yang merupakan simbol atau lambang keberadaan kerajaan itu hancur musnah .Sumber-sumber yang layak dipercaya hanya dapat memberikan informasi tentang bekas lokasi puri ,yaitu di sekitar tempat yang sekarang berdiri perusahaan tenun Slamet Riyadi di Cakranegara,atau komplrks di belakang Kantor Bank Bumi Daya sekarang.Tepatnya ,berada pada satu garis lurus sejajar dengan sisi utara kolam Taman Mayura (lihat peta situasi terlampir)
Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka Taman Mayura,dan juga Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran kerajaan Singasari atau Kerajaan Karangasem di Lombok,atau kerajaan Mataram yang kenudian mengganti nama menjadi cakranegara.
Antara nama Taman Mayura ,muncul pada masa pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Pada mulanya tamn ini dikenal dengan nama Taman Kelepug .Nama ini diambil dari bunyi kelepug-kelepug suara yang keluar akibat derasnya mata air yang ada di kolam (telaga) taman itu.
Anak Agung Gde Ngurah Karangasem dikenal juga sebagai raja Matarm yang membangun Taman Narmada .Lokasi Taman Narmada semula adalah kawasan hutan yang banyak ularnya .Untuk itu diperlukan sejenis unggas pemangsa ular sebagai predator,yakni burung merak.Pada masa pembangunan Taman Narmada ,Taman Kelepug digunakan sebagi tempat memelihara burung merak .Maka jadilah taman itu sebagai Taman Merak.Nama lain burung merak dalam bahasa Sansekerta adalah Mayura. Sejak itu Taman Kelepug berganti nama menjadi Taman Mayura.
0 komentar:
Posting Komentar