to my bLog

Me and my blog with little Diary ^_^

jangan lupa maen SUPER MARIO yah sampe level akhir :D












































































































Minggu, 25 Maret 2012

Taman Lingsar

| |

a)    Lokasi
Di Desa Lingkar Terdapat Sebuah Taman Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Yang Cukup Terkenal. Di Dalamnya Terdapat Dua Jenis Sarana Kegiatan Ritual Keagamaan Dari Dua Kelompok Masyarakat Dengan Latar Belakang Agama Dan Suku Bangsa Yang Berbeda. Antara Keduanya Menamakan Peningglan Bersejarah Ini Dengan Sebutan Yang Berbeda Menurut Kepentingan Masing-Masing. Oleh Karena Itu Dalam Tulisan Ini Hanya Disebut Nama “ Taman Lingsar “ Saja. Sesuai Dengan Lokasi Keberadaanya.

Taman Ini Terletak Di Desa Lingsar, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Berjarak Kurang Lebih 7,5 Dari Kota Mataram. Prasarana Jalan Menuju Tempat Ini, Baik Dari Kota Mataram Maupun Dari Bandar Udara Selaparang, Berupa Jalan Beraspal Yang Cukup Bagus, Sehingga Mudah Dikjangkau Dengan Segala Jenis Kendaraan.

b)   Ukuran Dan Luas
Taman Di Sekitar Pura Dan Kemaliq Lingsar Ini Pada Mulanya Sangat Luas, Tidak Kurang Dari 40.000 Meter Persegi. Beberapa Bagian Dari Taman Ini Sekarang Telah Berubah Menjadi Lahan Pertanian Dan Kebun, Misalnya Sawah Yang Terletak Di Sebelah Selatan Telaga Ageng. Bagian Sebelah Barat Kolam Kembar, Dan Kebun Manggis Yang Terletak Di Sebelah Timur Kelompok Banguna Pura Dan Kemaliq.

Pembenahan Taman Yang Dilakukan Oleh Dinas Pariwisata Tk.I Nusa Tenggara Barat Dalam Bentuk Pembuatan Gapura Dan Pagar Keliling Kompleks Kolam Kembar Pada Tahun 1993-1995, Praktis Mengubah ( Mengurangi ) Luas Taman, Karena Di Sebelah Barta Kolam Kembar Itu Masih Terdapat Sebuah Kolam Yang Sebenarnya Merupakan Bagian Dari Taman. Tetapi Dengan Dibuatnya Pagar, Kolam Yang Di Sebelah Barat Itu Kini Menjadi Terletak Di Luar Taman Dan Kondisinya Menjadi Semakin Kurang Terawat.

Di Dalam Kompleks Taman Ini Terdapat Dua Kelompok Banguna Sarana Kagiatan Ritual Keagamaan, Yaitu Sebuah Pura Dan Sebuah Kemaliq. Di Halaman Depan Pura Dan Kemaliq Terdapat Beberapa Buah Bangunan Terbuka, Yaitu :
1)    Pada Halaman Ats, Depan Pura Terdapat Dua Buah Bale Jajar Dengan Luas Masing-Masing 56.22 Meter Persegi Dan Satu Buah Bale Bundar, Luasnya 36 Meter Persegi
2)   Pada Halaman Bawah, Disebut Halaman “ Bencingah “, Di Depan Kemaliq Terdapat Dua Buah Sekepat Dengan Luas Masing-Masing 4,84 Meter Persegi, Dan Dua Buah Dapur Yang Luasnya 10,5 Dan 29,7 Meter Persegi.
Kompleks Taman Ini Dapat Dikelompokkan Menjadi Beberapa Bagian Atau Kelompok Bangunan, Yaitu :
1)    Kompleks Kolam Kembar ( Bagian Paling Depan )
( 5.585,40 M2 )
2)   Halaman Taman Bagian Atas ( Di Depan Pura Dan Sekitarnya )
( 9.339,26 M2 )
3)   Halaman “ Bencingah “ ( Bagian Bbawah, Depan Kemaliq ) ( 1.920,00 )
4)   Kelompok Banguna Pura ( Di Dalam Pagar )
1.179,80 )
5)   Kelompok Banguna Kemaliq, Termasuk “ Pesiraman “ ( Di Dalam Pagar ) ( 1.320,00 M2 )
6)   Telaga Ageng ( Kolam Besar, Disebelah Selatan ) ( 6.230,00 M2 )
7)   Pancuran Sembilan ( Tempat Pemandian Laki-Laki ) Dan Sekitarnya ( 1.089,00 )
_________________________________________ +
Jadi Jumlah Keseluruhan Nya = 26.663,34 M2

c)    Fungsi
Telah Dijelaskan Bahwa Di Dalam Kompleks Taman Ini Terdapat Pura Dan Kemaliq. Pura Merupakan Sarana Kegiatan Ritual Bagi Pemeluk Agama Hindhu, Pada Umumnya Dari Masyarakat Suku Bali. Kemaliq Merupakan Sarana Kegiatan Ritual Bagi Penganut Ajaran “ Waktu Telu “, Pada Umumnya Dari Suku Sasak. Kedua Kelompok Taman. Antara Keduanya Dibatasi Oleh Pagar Ttembok. Pada Tembok Pembatas Itu Terdapat Dua Buah Pintu Penghubung. Secara Visual, Dari Luar Tampak Sebagai Satu Kesatuan.

Dalam Perkembangan Selanjutnya, Kemaliq Tidak Hanya Digunakan Sebagai Tempat Pemujaan Bagi Orang-Orang Suku Sasak Saja, Tetapi Banyak Juga Warga Keturunan Cina Yang Berkunjung Kemai. Mereka Pada Umumnya Penganut Agama Budha Dan Kong Fu Tse. Dengan Demikian Kelompok Masyarakat Yang Melakukanpemujaan Di Tempat Ini Menjadi Bertambah. Suatu Bentuk “ Kebhineka Tunggal Ikaan “ Yang Unik.

Dari Penjelasan Tersebut Ditinjau Dari Sudut Cultural Taman Linggsar Memiliki Keunikan Tersendiri, Sehingga Keberadaanya Sangat Menarik Bagi Puhak-Pihak Yang Menangani Bidang Kepariwisataan. Semakin Banyak Pihak Yang Merasa Berkepentingan, Semakin Banyak Pula Pihak Yang Menaruh Perhatian, Sehingga Penanganan Taman Lingsar Menjadi Semakin Kompleks Dan Rumit.
Sebagai Sebuah Objek Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Dengan Cirri Yang Khas Dan Unik, Taman Lingsar Kini Mengemban Berbagai Fungsi Yaitu Sebagai Tempat Kegiatan Ritual Keagamaan, Sarana Rekreasi Fungsi Social Bagi Masyarakat Di Sekitarnya.

d)   Status
Sesuai Dengan Usia Maupun Latar Belakang Keberadaannya, Tidak Diragukan Lagi Bahwa Taman Lingsar Merupakan Objek Benda Cagar Budaya Sebagaimana Dimaksud Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, Pasal 1.

Bangunan Pura Dan Kemaliq Lingsar, Sejak Awal Dibangun Hingga Kini Tetap Digunakan Sebagai Sarana Kegiatan Ritual Keagamaan. Oleh Karena Itu, Status Taman Lingsar Merupakan Benda Agar Budaya Yang Masih Dimanfatkan Sebagaimana Fungsinya Semula ( Living Monument ). Status Kepemilikiannya Ada Pada Karma Pura Lingsar. Karena Kedudukannya Sebagai  Benda Cagar Budaya, Maka Pemeliharaan Dan Pemanfaatannya Di Bawah Pengawasan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

e)   Latar Belakang Sejarah

Di Lingsar Terdapat Dua Buah Bangunan Pura Yang Penting, Yaitu Pura Ulon Dan Pura Gaduh. Pura Ulon Merupakan Bangunan Pura Yang Pertama Di Lingsar, Terletak Di Sebelah Timur Kompleks Taman Lingsar. Pura Gaduh Terletak Di Dalam Kompleks Taman, Masyarakat Umum Mengenalnya Dengan Sebutan Pura Lingsar Saja.

Ditinjau Dari Segi Usia Dan Sejarah Keberadaanya, Pura Di Lingsar Termasuk Bangunan Pura Tertua Di Lombok. Dibangun Pada Masa Awal Kedatangan Orang Bali Di Lombok Dengan Maksud Untuk Menetap. Pada Akhir Abad Ke 17. Latar Belakang Sejarah Keberadaannya Taman Lingsar Tidak Dapat Dipisahkan Dengan Sejarah Taman Mayura Dan Pura Meru Di Cakranegara, Pura Suranadi Dan Taman Narmada.

Tentang Kemaliq Lingsar, Beberapa Sumber Menyebutkan Bahwa Sudah Ada Sejak Orang Bali Belum Datang Di Lombok, Sebagai Tempat Pemujaan Bagi Orang Sasak Penganut “ Waktu Telu “. Tentang Ajaran “ Waktu Telu “ Itu Sendiri Pada Dasarnya Merupakan Perpaduan ( Sinkriteisme ) Antara Berbagai Unsure Ajaran Agama Atau Kepercayaan, Yaitu Hindhu ( Adwanta ), Islam ( Sufisme ) Dan Panteisme. Jadi Animism Dan Mistik Dapat Diterima Secara Suka Rela Oleh Penduduk Lombok ( Suku Sasak ) Pada Waktu Itu.

Agama Hindu Yang Di Bawa Oleh Orang Bali Mengajarkan Bahwa Ajaran Agama Hindhu Tidak Boleh Dipaksakan Kepada Orang Yang Beragama Lain. Yang Boleh Dipaksakan Oleh Raja ( Bali ) Pada Waktu Itu Hanyalah Bahwa Semua Orang Harus Menyampaikan Terima Kasih Kepada Tuhan, Menurut Caranya Masing-Masing. Berdasarkan Prinsip Itu Maka Pembangunan Yang Dilakukan Oleh Raja Anak Agung Made Karangasem Pada Akhir Abad Ke 19 Di Tempat Yang Sekarang Kita Kenal Sebagai Taman Lingsar ialah :
1)    Bangunan pura gaduh untuk pemeluk agama Hindhu – Budha dan
2)   Banguna Kemaliq untuk penganut ajaran Waktu Telu
Kedua bangunan tersebut boleh digunakan kapan saja menurut keperluan masing-masing. Sekali dalam setahun diadakan upacara bersama, yaitu perang topat. Pada hari yang sama mereka melaksanakan kegiatan ritual di tempat masing-maisng ( pura dan kemaliq ) sesuai dengan caranya masing-masing.

Menurut system pemerintahan bali, raja memegang pemerintahan pengadilan, dan agama. Maka pembangnuan pura yang terletak di dalam kompleks taman lingsar itupun ditangani oleh pihak kerajaan. Ketika belanda datang ( berkuasa ), urusan pemerintahan dan pengadilan diambil alih, sedangkan urusan keagamaan tetap dipegang oleha raja.

Dengan latar belakang sejarah yang demikian itulah maka dua buah bangunan sarana kegiatan ritual keagamaan dari dua kelompok masyarakat yang berbeda berada pada satu kompleks. Pengelolaan kompleks taman itu hingga kini berada pada satu instansi, yaitu Krama Pura Lingsar.

Perang topat diselenggaraka pada bulan ke enam menurut perhitungan kalender bali, atau bulan ke tujuh menurut kalender sasak biasanya sekitar bulan November / Desember tarikh masehi. Pada dasarnya, upacara itu dilakukan sebelum menanam padi, tetapi sudah masuk musim penghujan.

Pokok pikiran awal diselenggarakannya upacara perang topat ialah sebagai pengungkapan kegembiraan dan rasa terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Dasar pemikirannya adalah untuk mengembalikan hasil tanah ( berupa ketupat ) ke asalnya ( tanah di Lingsar ), hasil itu digunakan sebagai pupuk ( sasak “ bubus lowong “ ) untuk benih padi yang akan di tanam. Upacara ini dihadiri oleh warga subak ancar. Biaya penyelenggaraan upacara pun dari subak.

Orang sasak penganut ajaran “ waktu telu ‘ pada umumnya percaya bahwa di Lingsar itu Raden Mas Sumilir dari kerajaan medayain ( dekat bertais sekarang ), yang kemudian ditandai dan dikunjungi, sebagai tempat meminta kesuburan hujan. Lontar mengenai silsilah raja yang moktah itu dibaca setiap tanggal 12 robi ‘ul awal.

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

Visitors

search

Labels

Pages

About Me

Foto Saya
ulvav
just a simple girl
Lihat profil lengkapku

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
 
 

vha ulva diary | Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
top