a) Lokasi
Taman Ini Terletak Di Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Daerah Tingkat Ii Lombok Barat. Berjarak Lebih Kurang 12 Km Dari Pusat Kota Mataram, Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Barat, Terletak Pada Ketinggian Lebih Kurang 127 Meter Diatas Permukaan Laut. Kompleks Taman Ini Berada Di Tepi Jalan Raya Yang Menghubungkan Kota Mataram Dengan Kota-Kota Lain Di Pulau Lombok Bagian Timur. Dari Mataram Lebih Kurang 11 Km.
b) Ukuran Dan Luas
Secara Garis Besar, Kompleks Taman Narmada Terbagi Menjadi Dua Kelompok Yaitu :
1) Kelompok Bangunan Yang Bersifat Sacral (Disucikan), Yakni Kelompok Bangunan Yang Ada Di Sebelah Timur, Berupa Kelompok Bangunan Pura (Pura Kelasa) Dan Kelebutan (Tempat Mata Air “Air Awet Muda”).
2) Kelompok Bangunan Yang Bersifat Profane, Berada Di Bagian Barat Yaitu Bale Mukedas Atau Bale Agung, Bale Terang, Bale Loji, Dan Bale Tajuk Yang Kini Telah Tiada ( Di Sebelah Barat/Atas Telaga Ageng).
Kedua Kelompok Bangunan Itu Menyatu Menjadi Satu Kompleks Taman, Secara Keseluruhan Di Sebut Taman Narmada. Luas Taman Keseluruhan 60.250 Meter Persegi, Sedangkan Luas Bangunan Yang Ada Berjumlah 1.249 Meter Persegi.
c) Fungsi
Keberadaaan Taman Narmada Sering Dikaitkan Dengan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem Dari Dinasti Kerajaan Karangasem Sewaktu Berkuasa Di Lombok. Fungsi Utama Taman Ini Ialah Sebagai Tempat Peristirahatan Dan Pemujaan, Karena Di Dalamnya Terdapat Banguna Pura.
Taman Narmada Juga Di Kenal Dengan Nama “ Istana Musim Kemarau “. Sebab Jika Musim Kemarau Tiba. Istana Raja Yag Disebut “ Pura Ukir Kawi “ Di Cakranegara Ditinggalkan Oleh Raja Untuk Beristirahat Taman Narmada.
Taman Narmada Termasuk Salah Satu Obyek Benda Cagar Budaya Sebagaimana Dimaksud Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya. Oleh Karena Itu Pemanfaatannya Hanya Sesuai Dengan Ketentuan-Ketentuan Yang Tercantum Di Dalam Undang-Undang Tersebut. Taman Narmada Pada Masa Sekarang, Bagian Dari Kelompok Banguna Sacral Tetap Dimanfaatkan Sebagai Sarana Kegiatan Ritual Keagamaan ( Hindhu ), Sedangkan Kelompok Bangunan Profane Atau Bagian Taman Pada Umumnya Dimanfaatkan Sebagai Sarana Rekreasi.
d) Status
Kompleks Taman Narmada Secara Keseluruhan Merupakan Peninggalan Dari Kerajaan Karang Asem Sasak ( Di Lombok ) Atau Yang Kemudian Berganti Nama Menjadi Cakranegara. Kelompok Banguna Yang Bersifat Profaan, Fungsinya Sebagai “ Taman Raja”. Kelompok Banguna Tersebut Tidak Difungsikan Lagi Bersamaan Dengan Berakhirnya Kekuasaaan Kerajaan Cakranegara 1894, Saat Masuknya Kekuasaan Colonial Belanda. Kelompok Bangunan Ini Dapat Dikategorikan Sebagai “ Dead Monument “, Maksudnya Sudah Tidak Dimanfaatkan Sebagaimana Fungsinya Semula. Kelompok Bangunan Yang Bersifat Sacral, Hingga Kini Masih Digunakan Sebagai Tempat / Sarana Kegiatan Ritual Keagaam ( Hindu ) Oleh Karena Itu Kelompok Bangunan Sacral Ini Tergolong “ Living Monument “ Yang Masih Hidup “ Artinya Masih Dimanfaatkan Sebagaimana Fungsinya Semula.
Di Dalam Kompleks Taman Ini Terdapat Dua Kelompok Bangunan Yang Berbeda Sidatnya Oleh Karena Itu Pengelolaannya Pun Dilakukan Oleh Dua Lembaga, Yaitu :
a) Bangunan-Banguna Yang Digunakan Sebagai Sarana Kegiatan Ritual Keagamaan ( Hindu ) Di Kelola Oleh Karma Pura
b) Kelompok Bangunan Yang Bersifat Profan Dimanfaatkan Sebagai Sarana Rekreasi / Objek Wisata Dan Dikelola Oleh Pemerintah Daerah Tk Ii Kabupaten Lombok Barat.
Karena Taman Narmada Merupakan Peningalan Sejarah Dan Purbakala, Juga Sebagai Benda Cagar Budaya, Maka Hal-Hal Yang Bersifat Kesejahteraan Dan Kepurbakalaan Ditangani Oleh Departemen Penididkan Dan Kebudayaan. Dalam Hal Ini Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat.
e) Latar Belakang Sejarah
Taman Narmada Merupakan Peninggalan Kerajaan Karangasem Sasak (Di Lombok) Atau Cakranegara.Taman Narmada Merupakan Salah Satu Peninggalan “Raja-Raja Bali” Di Lombok.Secara Fisik Termasuk Yang Terbesar Dan Paling Indah.Melihat Kenyataan Ini Dapatlah Diperkirakan Bahwa Pelaksanaan Pembangunn Taman Narmada Memerlukan Biaya Yang Tidak Sedikit Serta Kondisi Waktu Yang Lama.Pembanunan Taman Narmada Hamper Dapat Dipastikan Terjadi Setelah Seluruh Kerajaan Bali Di Lombok Dapat Dipersatukan.
Tim Penyusun Masterplan Pemugaran Taman Narmada (Depdikbud, 1982/1983) Berkesimpulan Bahwa Pembangunan Taman Narmada Terjadi Sekitar Tahun 1883 Dan Sebelum Tahun 1894, Sebagai Tahun Berakhirnya Kekuasaan Mataram Yang Pada Waktu Itu Berpusat Di Cakranegara.
Dari Sumber Lisan Diperoleh Keterangan Bahwa Taman Narmada Dibuat Sebagai Tiruan Danau Segara Anak Di Gunung Rinjani.Maksudnya Sebagai Tempat Upacara Pakelem Setiap Tahun Yang Dipimpin Langsung Oleh Raja.
Upacara Pakelem Atau Upacara Meras Danooe Adalah Upacara Yang Dilaksanakan Sekali Setahun Di Danau Segara Anak.Puncak Acara Ialah Membuang Atau Melabuh Benda-Benda Terbuat Dari Emas Berbentuk Ikan, Udang, Kepiting, Dan Penyu Yang Bertuliskan Huruf-Huruf Magis ( “Syllable Magis” ) Ke Dalam Danau.Tujuan Upacara Ini Ialah Memohon Kepada Dewa Agar Melimpahkan Kebahagiaan Dan Kesejahteraan Kepada Rakyat Serta Kekuasaan Raja Yang Sedang Memerintah Kekal.
Ketika Raja Lanjut Usia, Secara Fisik Sudah Tidak Kuat Lagi Memimpin Secara Langsung Upacara “Pakelem” Di Gunung Rinjani, Maka Dibuatlah “Duplikat Telaga Segara Anak” Di Taman Narmada.Kemudian Upacara Meras Danoe Dialihkan Ke Taman Narmada.Namun Demikian Acara Labuhnya Sendiri Tetap Dilaksanakan Di Danau Segara Anak Oleh Pendeta Dan Para Pembantunya.
Nama Narmada Diambil Dari Narmadanadi, Anak Sungai Gangga Yang Sangat Suci Di India. Bagi Umat Hindu, Air Merupakan Suatu Unsur Suci Yang Memberi Kehidupan Kepada Semua Makhluk Di Dunia Ini. Air Yang Memancar Dari Dalam Tanah (Mata Air) Diasosiasikan Dengan Tirta Amerta (Air Keabadian) Yang Memancar Dari Kensi Sweta Kamandalu.
f) Pemugaran
Secara Berangsur-Angsur Taman Ini Berubah Fungsi Menjadi Tempat Rekreasi Dalam Arti Terbuka Untuk Umum. Sehingga Pemugaran Terhadap Pemugaran Bangunan Itu Tidak Diketahuia Secara Jelas. Bila Kita Bandingkan Peta Situasi Yang Di Buat P De Roo De La Faille Tahun 1899 Dengan Peta Yang Dibuat Departemen Perkerjaan Umum Setelah Masa Kemerdekaan Dengan Peta Sekarang Dapat Dipastikan Bahwa Taman Narmada Mengalami Pemugaran Maupun Perbaikan Sejalan Dengan Fungsi Taman Itu Sendiri.
Sebagai Contoh Pada Tahun 1899 Tidak Ada Pintu Penghubung Dari Halaman Pasarean Ke Kolam Padmawangi Seperti Pada Peta Tahun 50 Maupun Keadaan Sekarang,Dahulu Kita Harus Melewati Halaman Jabalkab Lewat Pintu Timur/Pintu Timur Halaman Beneingh. Di Samping Itu Pada Peta Situasi Tahun 1899 Pintu Masuk Pura,Sesuai Dengna Arah Hadap Kelima Bangunan Pelinggih(Meru) Di Halaman Jeroan. Kemungkinan Besar Gapura Panduraksa (Pintu Masuk)Di Sebelah Barat Dibuat Kemudian. Padmawangi Dengan Telaga Ageng Yang Terdapat Pada Peta Yang Di Buat Tahun 50an,Sekarang Sudah Menjadi Kolam Renang (Kolam Duyung), Tidak Lain Merupakan Perluasaan Dari Pancuran Yang Khusus Untuk Mandi Raja Atau Anak Agung. Pada Peta Situasi Tahun 1899,Di Tempat Itu Tidak Terdapat Kolam Melainkan Bangsal Di Kanan-Kiri Pintu Paduraksa. Hampir Dapat Dipastikan,Perluasan Pancuran Raja Menjadi Kolam Kecil Lengkap Dengan Kamar Ganti Pakaianya Terjadi Setelah Jatuhnya Mataram Ke Tangan Belanda. Dugaan Ini Didasarkan Kepada Intrpretasi Bahwa Jika Raja Akan Menjalankan Upacara Persembahyangan Di Pura,Ia Akan Keluar Dari Kelompok Bangunan Melalui Pintu Timur Di Di Halaman Beneingh. Dari Sini Mnuruni Tangga Menuju “Pelantaran”,Lalu Masuk Ke Pintu Paduraksa Ke Kompleks Bangunan Pancur Raja. Kemudian Keluar Dari Pintu Belakang Menaiki Tangga(Undak-Undak) Menuju Pura.
Berdasarkan Data Yang Ada, Telah Terjadi Beberapakali Pemugaran:
Tahun 1962:
· Pembangunan Cungkup Sumber Air Kolam Padmawangi(Air Awet Muda).
· Pemugaran Telaga Ageng/Telaga Seggara Anak
Tahun 1967-1968:
· Pembongkaran Gapura(Pintu Masuk)Sebelah Utara Yang Menghadap Ke Jalan
Raya.Kemudian Di Tempat Yang Sama Dibangun Gapura Berbentuk “Candi Bentar”.
· Merendahkan Tembok Pemisah Antara Halaman Jabalkab Dan Halaman Mukedas,Di
Belakang Bangunan Loji.
· Pembongkaran Tembok Sisi Barat Halaman Mukedas,Dan Pembangunan Gapura
Bentar Sebelah Barat Bangunan Loji.
· Pembongkaran Kolam Kecil Lengkap Dengan Kamar Ganti Pakaian,Dan Sebuah Pintu
Paduraksa. Di Tempat Yang Sama Kemudian Dibangun Kolam Renang Lengkap Dengan
Dua Bangunan Ganti Pakaian Dan Sebuah Bangunan Rumah Makan.
· Pemasangan (Penambahan) Pot Pancuran Di Tengah Kolam Padmawangi.
Tahun 1969:
· Memperluas Bale Pawedaan Di Dalam Pura
Tahun 1972-1973:
· Membongkar Dan Merendahkan Tembok Sebelah Barat Halaman Jabalkab
· Menjebol Tembok Dan Membuat Pintu Di Sudut Tenggara Halaman Jabalkab.
· Membangun Cungkup Sumber Air Di Sebelah Timur Pancuran(Sebelah Timur Kolam
Renang)
Tahun 1976-1977:
· Pembongkaran Tembok Pemisah Antara Halaman Mukedas Dan Halaman Pasarean
· Pembongkaran Dinding Ruangan Bangunan Loji Di Halaman Pasarean Di Sertai Dengan
Pergantian 12 Tiang Utamanya,Lantai Ubin Dan Sebagainya.
· Pembugaran Bale Terang Berupa Penggantian Kap Dan Pengecatan
· Pemugaran ”Candi Bentar” Yang Menghadap Ke Barat Di Halaman Pura
Tahun 1978:
· Pemasanngan Atap Bangunan”Pancuran Siwaq” Di Sebelah Selatan Kolam Renang
“Duyung”. Fungsinya Tempat Pemandian Laki-Laki
· Pembongkaran Bale Tanjuk Di Halaman Becingah,Kemudian Membangun Sebuah
Rumah Tinggal(Rumah Peristirahatan)
· Pembangunan Rumah Makan(Lembur Kuring) Pada Bagian Sudut Barat Daya Halaman
Petandakan.
· Pembangunan “Ruang Diskotik” Di Halaman Pawargaan
Dan Keputusan Akhir Adalah Mengembalikan Kondisi Taman Narmada Sesuai Dengn Aslinya Menurut Keadaan Sekitar Awal Dasawarsa 1970-An. Pemugaran Taman Narmada Oleh Dapertemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dimulai Pada Tahun Anggaran 1980/1981 Dengan Dana Proyek Pemugaran Dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Nusa Tenggara Barat Menghabiskan Dana Rp.259.378.010,00.Dilakukan Secara Bertahap, Selesai Pada Tahun 1987/1988. Upacara Peresmian Purna Pugar Dan Penyerahan Kembali Kepada Pemerintah Daerah Tingkat 1 Nusa Tenggara Barat Dilakukan Pada Tanggal 27 Februari 1988. Hadir Pada Waktu Itu Direktur Jendral Kebudayaan,Drs.Gbph Poeger.
0 komentar:
Posting Komentar